Penyejuk Hati

 


TIME
  • Home
  • About Us
  • Penyejuk Hati
  • News
  • Humor
  • Album
  • Download
  • Contact Us
  • Suara Hati
    "Seorang dengan tujuan yang jelas akan membuat kemajuan walaupun melewati jalan yang sulit. Seseorang yang tanpa tujuan, tidak akan membuat kemajuan walaupun ia berada dijalan yang mulus!"
    Link Connection
    Data Tamu
    click here for website design companies
    Provided by florida web design company.
    Pesan Pengunjung
    <
    Free chat widget @ ShoutMix
    Keberuntungan bersama do’a
    Jumat, 27 Juni 2008
    Keberuntungan bersama do’a

    “Dan Tuhanmu berfirman: Berdo’alah kamu kepada-Ku niscaya akan Ku-perkenankan bagimu. Sesungguhnya, orang-orang yang enggan untuk beribadah kepada-Ku pasti akan masuk neraka dalam keadaan hina-dina”.
    (QS. Ghaafir : 60) 1)
    Do’a sebagai nikmat lahir batin.
    Hampir setiap hari seorang muslim beraktifitas, dan hampir setiap aktifitas muslim diawali dan diakhiri dengan do’a. Hal ini menunjukkan bahwa di setiap saat dan tempat, seorang muslim selalu membutuhkan Allah. Maka sungguh naïf jika mengaku muslim namun tidak berdo’a. Yang seolah-olah tidak perlu lagi pertolongan dan kasih sayang Allah.

    Tiada orang yang meremehkan do’a kecuali lemah imannya. Do’a merupakan nikmat yang besar, yang dikaruniakan oleh Allah kepada hamba-hamba-Nya. Dimana Allah memerintahkan kepada mereka untuk berdo’a lalu Allah langsung berjanji akan mengabulkannya. 2) Bukankah ini sebuah kenikmatan?

    Do’a memiliki kedudukan yang tinggi dalam agama. Karena dengan do’a seseorang akan dibukakan pintu-pintu kebaikan dan ditutup dari celah-celah keburukan. Karena hampir tiada seorangpun yang berdo’a kecuali pasti meminta kebaikan dan supaya dihindarkan dari kejelekan. Sehingga datanglah keberuntungan satu persatu, rejeki menghampiri silih berganti selama do’a tadi hanya dimohonkan kepada Allah saja. Karena harus kepada Allah saja semua hamba beribadah. Memohon pertolongan di saat lapang maupun terjepit. Dan hanya kepada Allah saja ia bergantung dan mengembalikan segala urusan. 3)

    Tidak ada seorangpun yang mampu mengumpulkan perbendaharaan kebajikan dengan hanya mengandalkan usaha saja, atau do’a semata-mata. Tetapi antara do’a dan usaha harus berjalan secara bersama.

    Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata: dzikir dan do’a bagi hati seperti air bagi ikan. Anda bisa bayangkan jika ikan keluar dari airnya. Tentu ia akan menggelepar, bingung tak karuan. Begitu pula hati manusia jika kosong dari berdzikir, tentu ia akan merasakan kerisauan yang tiada tara dalam menghadapi hidup ini. 4) Seorang yang hatinya kosong dari dzikir dan do’a tampak benar kegalauan jiwanya di setiap saat.

    Allah senang mendengar rintihan dan keluhan hamba-Nya di saat berdo’a. sehingga bagaimana hamba sendiri tidak bisa merasakan kegembiraan di saat berdo’a? Sebab saat-saat berdo’a sama dengan saat-saat berdzikir. Dan berdzikir adalah sumber ketentraman hati. Yang lebih bernilai dari semua harta-harta. Sedangkan saat-saat tidak berdo’a adalah masa-masa kelalaian. Yang mengakibatkan kerugian dan kesengsaraan. Seandainya manusia tahu akibat dari apa yang dihasilkan dalam kelalaian tersebut tentu ia tidak akan lalai. Ia akan tetap berdzikir dan berdo’a agar terhindar dari akibat yang membinasakan. Yang ia tidak sadari.

    Janji Allah
    Bukankah nabi Yunus ketika berdo’a di dalam perut ikan, akhirnya dikabulkan? Demikian pula do’a Adam dengan mengakui kesalahannya saat diusir dari surga, do’a nabi Ayyub agar sembuh dari sakit parah bertahun-tahun akhirnya juga diperkenankan, do’a Ibrahim agar Makkah dijadikan kota yang aman sentausa, do’a Musa yang diselamatkan dari pengepungan, dan do’a nabi kita Muhammad yang dimenangkan dalam perang Badar. Dan seterusnya.

    Bukan lantaran karena sebagai nabi yang do’anya dikabulkan, namun semua do’a hamba dikabulkan sebab Allah maha dekat, Dia mendengar setiap untaian do’a hamba-Nya, berjanji akan mengabulkannya, dengan firman-Nya;
    “Dan apabila hamba-Ku bertanya tentang Aku, maka katakanlah Aku dekat, akan aku perkenankan do’a orang yang berdo’a kepada-Ku” (Al-Baqoroh:186) 5)

    “Demi janji Allah, dan Allah tidak pernah mengingkari janji” (QS Ar-Ruum: 7). 6)
    Jika hamba minta rejeki dikasih rejeki, minta sehat dikasih sehat, minta cukup dikasih cukup, apalagi?

    Do’a menunjukkan rasa ketergantungan yang tinggi kepada Allah. Sehingga seorang hamba tidak hanya mengandalkan dirinya sendiri, tidak terlalu bergantung kepada manusia, tidak pula kepada siapa saja. Sehingga yang ada adalah rasa membutuhkan, keinginan untuk kembali kepada-Nya dengan bersungguh-sungguh, rasa cemas dan harap bercampur, yakin bahwa do’a yang dipanjatkan pasti dikabulkan. Baik segera maupun tertunda.

    Rosulullah bersabda; “jika kalian berdo’a yakinlah bahwa do’amu akan dikabulkan. Karena Allah tidak mengabulkan do’a seseorang yang hatinya lalai” (HR. Muslim) 7)

    Umar berkata: “Sesungguhnya aku tidak ingin membawa hasrat pengabulan, tetapi hasrat berdo’a. jika aku mendapatkan ilham do’a maka pengabulan akan menyertainya” 8)

    Rosulullah bersabda; ‘Sesungguhnya Allah mengabulkan do’a seorang hamba selama hamba tersebut tidak bosan. Yaitu seseorang berkata: aku sudah berdo’a tapi Allah tidak mengabulkannya. Lalu ia tidak berdo’a lagi. (HR. Muttafaqun alaih) 9)

    Jika do’a belum terkabulkan maka hendaknya sabar, karena Allah lebih tahu kapan do’a tadi diperkenankan untuk hamba-Nya. Barangkali Allah menghendaki do’a tersebut sebagai simpanan kelak di akhirat, atau sebagai ganti diselamatkan dari suatu bala’ atau terhindar dari penyakit sejenis dan sebagainya. Karena bisa jadi apa yang sebenarnya sangat dicintai manusia adalah buruk di sisi Allah dan bisa jadi pula apa yang dibenci manusia adalah baik di sisi Allah.

    Do’a adalah ibadah (At-Tirmidzi) Do’a adalah senjata seorang mukmin dan tiang agama serta cahaya langit dan bumi. (Abu Ya’la) Do’a seorang mukmin bagi saudaranya yang tidak hadir dikabulkan Allah, apalagi untuk keluarganya, anak-anaknya, orang tuanya dan guru-gurunya. (HR. Ahmad)

    Do’a yang mustajab adalah pada waktu tengah malam, pada akhir sholat fardhu (Ibnu Khuzaimah), di antara adzan dan Iqomah (Ahmad), barang siapa yang berdo’a kepada Allah pada waktu senang maka Allah kabulkan pada waktu dia dalam kesulitan (ar-Robi’), do’a orang berpuasa sampai ia berbuka, seorang penguasa yang adil, do’a orang yang didholimi/teraniaya, (HR. Tirmidzi), do’a sejak sepertiga malam hingga fajar (Ahmad), do’a orang tua kepada anak, do’a para musafir di jalan Allah (Ahmad dan Abu dawud).

    Tiada yang sulit bagi Allah, jika Ia berkehendak maka tinggallah berfirman: “Jadilah !, maka terjadi !! dan sebaliknya apapun yang tidak Ia kehendaki maka tidak akan terjadi meskipun seluruh makhluk menghendaki terjadi. 10)

    Do’a atau permohonan bagi seorang muslim merupakan dialog langsung dengan Allah, dengan sangat mengharapkan dikabulkannya permohonan itu. Do’a sebagai pengakuan atas segala kekurangan, kelemahan, dan keterbatasan seorang hamba dalam segala hal. Dengan berdo’a menunjukkan akan butuhnya pertolongan Allah swt.

    Dalam berdo’a seorang muslim tentu mengidamkan kehidupan yang baik di dunia berupa; rejeki yang melimpah, kehidupan yang sejahtera, anak-anak dan keluarga yang sehat, masyarakat yang damai dan sentausa serta dapat beragama dengan sempurna. Kehidupan akhirat yang baik berupa ; ringannya hisab, terselamatkan dari pedihnya azab neraka dan dimasukkan ke dalam surga. 11)
    “Ya Robb kami berilah kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat serta selamatkanlah kami dari api neraka” (QS Al-Baqoroh: 201) 12)

    Rosulullah melarang orang yang berdo’a diluar kemampuannya seperti; berdoa agar bisa terbang layaknya burung, minta jabatan yang dia sendiri tidak mampu memikulnya, meminta kekayaan tetapi dengan cara yang haram.

    Orang yang enggan berdo’a dia berdosa. Sebab hal ini menunjukkan dia tidak membutuhkan apapun dari Allah. Padahal yang benar adalah semua makhluk amatlah berhajat akan pertolongan Allah. Di setiap tempat dan setiap saat. Dengan berdo’a seseorang akan mewujudkan keperluannya tercapai, sebab dia melibatkan peran serta Allah yang maha tak terkalahkan.

    Do’a adalah tuntutan setiap jiwa yang hidup, sejahat dan seawam apapun dia. Sebab manusia dalam hidupnya selalu menghadapi berbagai tantangan, kebutuhan, dan kesulitan. Yang tidak dapat dia atasi sendiri tanpa bantuan Allah yang maha kuat. Do’a bukanlah satu-satunya jalan pemecahan jika tanpa disertai ikhtiar dan usaha. Namun jika usaha yang maksimal secara terus-menerus gagal maka do’a menjadi benteng pertahanan rohani.

    Faidah do’a
    Do’a memiliki keutamaan yang sangat banyak, diantaranya adalah;
    1. Allah pasti akan mengabulkannya.
    “Dan berdo’alah kepada-Ku, niscaya pasti akan Aku kabulkan….” (Al-Ghofir:60) 13)
    2.Dapat memberikan manfaat dari apa yang sudah menimpa dan dari apa yang belum terjadi. 14)
    3.Dapat merubah taqdir.
    Bayangkan jika jatah kita hari ini mendapat kecelakaan, namun karena kita pada pagi hari berdo’a maka musibahpun bisa terhindar. Tidak ada yang dapat merubah taqdir kecuali do’a, dan tiada yang memperpanjang umur kecuali amal.
    4. Membuat malu Allah, dan keniscayaan agar do’a dikabulkan.
    “Allah merasa malu apabila ada hamba-Nya yang menengadahkan kedua tangannya untuk berdo’a lalu mengembalikannya dalam keadaan kosong” (HR Abu dawud no. 1488), 16)
    5.Dikabulkan do’a tersebut dalam saat yang tepat; adakalanya disegerakan, atau ditunda untuk simpanan akhirat, atau dihindarkan dari musibah.
    “Tidaklah seorang muslim meminta kepada Allah dengan sebuah do’a dalam keadaan dia tidak berdosa dan tidak pula memutus silaturrahim kecuali Allah pasti memberinya tiga hal; bisa jadi do’anya langsung dikabulkan, jika tidak maka sebagai simpanannya kelak di hari akhirat, atau ia dihindarkan dari suatu kejelekan, sahabat bertanya: bagaimana jika kami lebih memperbanyak do’a wahai rosulullah?, rosulullah bersabda; “Apa yang di sisi Allah lebih banyak” (HR. Ahmad dari Abi Sa’id) 17)
    6. Do’a itu sendiri bernilai ibadah. Dan diriwayatkan dalam hadits:
    “Do’a itu adalah sari ibadah”. (HR At-Tirmidzi) 18) “Maksud hadits ini adalah bahwa segala macam ibadah, baik yang umum maupun yang khusus, yang dilakukan seorang mu’min, seperti mencari nafkah yang halal untuk keluarga, menyantuni anak yatim dll, semestinya diiringi dengan permohonan ridha Allah dan pengharapan balasan ukhrawi. Oleh karena itu Do’a (permohonan dan pengharapan tersebut) disebut oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai sari atau otak ibadah, karena senantiasa harus mengiringi gerak ibadah” 19)
    7.Diberi kebaikan di dunia dan akhirat (HR Muttafaqun ‘alaih) 20)

    Mengapa do’a tidak diperkenankan.
    Ada yang meninggalkan do’a karena malas atau menganggapya sebagai sesuatu yang remeh. Tidaklah demikian kecuali karena telah mati hatinya. Syeikh Ibrahim Adhan berkata; ada 10 di antara penyebab do’a tidak dikabulkan;
    1. Kamu mengenal Allah tapi tidak kau tunaikan haq-haq-Nya.
    Inilah faktor terbesar penghalang pengabulan do’a. Tidak mentauhidkan Allah menunjukkan kematian hati. Bagaimana mungkin dikabulkan permintaan sementara bersikap cuek terhadap Allah ?. Dengan demikian yang dinikmati saban hari hanyalah kekacauan urusan, seretnya koneksi, target-target yang selalu meleset, akhirnya berujung pada kegagalan demi kegagalan.
    2. Engkau mengenal rosulullah, namun kau remehkan sunnah-sunnahnya
    Sebagaimana syair yang diungkapkan oleh Abdullah bin Mubarok; “Sungguh ajaib dalam dunia percintaan, sang pecinta hanya mengumbar cinta gombal. Cinta yang tak pernah nyata dalam realita. Jika cintamu kepada rosulullah memang benar, niscaya pasti kau ikuti sunnahnya, sebab seorang pecinta pasti mentaati yang dicinta”.
    “Katakanlah (Muhammad), jika kamu mencintai Allah maka ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu. Dan Allah maha mengetahui lagi maha menyaksikan” (QS Ali-Imron: 31) 21)
    3. Engkau tahu betapa banyak nikmat Allah, namun tidak mensyukurinya.
    Dalam hal pendapatan nikmat, manusia memperoleh kelebihan nikmat-nikmat dibandingkan seluruh makhluk yang ada. Kalau burung hanya menggeluti ulatnya, kambing hanya menggeluti rumputnya, buaya terus saja menggeluti dagingnya. Namun manusia, subhanallah, hampir semua jenis makanan, minuman, pekerjaan, fasilitas, cita-cita, dan seterusnya, inginnya dikuasai semua. Giliran urusan bersyukur, piker-pikir.
    “Sungguh Allah memiliki karunia yang besar bagi manusia, akan tetapi kebanyakan manusia tidak mensyukuri” (QS.Al-baqoroh: 243) 22)
    “Jika kamu bersyukur niscaya akan Aku tambah nikmat-Ku kepadamu, dan jika kamu kufur, sungguh adzab-Ku amatlah pedih” (QS Ibrahim: 9) 23)
    4. Engkau membaca Kitab Allah, namun tidak mengamalkannya.
    Rosulullah bersabda; “Ya Allah, sesungguhnya kaumku menjadikan AL-Qur’an itu sebagai sesuatu yang ditinggalkan” (QS Al-Furqon: 30) 24)
    Syaikhul Islam mensyarah hadits ini dengan ucapannya; “barang siapa yang tidak membaca Al-Qur’an, dia meninggalkannya, membaca Al-Qur’an namun tidak mengetahui artinya, dia meninggalkannya, mengetahui artinya tapi tidak tidak merenungkannya, dia meninggalkan, merenungi artinya namun tidak mengamalkannya dia termasuk meninggalkannya” 25)
    5. Engkau mengetahui bahwa syetan sebagai musuh, namun menyepakati ajakannya.
    Penggambaran syetan sudah salah kaprah di negeri ini, yakni dikesankan sebagai hanti, kuntilanak, vampire dan sejenisnya. Padahal yang seharusnya dipermasalahkan adalah tipu dayanya, yang selalu mengajak manusia kepada kekejian dan kemungkaran.
    “Dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah syetan, sesungguhnya dia adalah musuh nyata bagimu, yang hanya menyuruh kamu dengan kejelekan dan kekejian dan agar kalian mengatakan atas nama Allah apa yang kalian tidak tahu” (QS Al-Baqoroh: 168-169) 26)
    6. Engkau mengetahui bahwa surga itu benar, namun kalian tidak mengejarnya.
    Kalau untuk beli perkakas rumah tangga yang harga jutaan tidak keberatan, giliran infaq cari uang gambar monyet. Jikapun keliru infaq di masjid 100.000, takmir di kejar. Dan memang realita mayoritas adalah malas berkorban (tenaga, pikiran, harta apalagi nyawa) demi mendapatkan simpanan akhirat.
    Sebaliknya kebanyakan orang memberikan perhatiannya demi benda-benda dunia yang pasti sirna, membeli baju yang pasti usang, perabot yang kelak pecah, makanan yang pasti lenyap.
    7. Engkau mengetahui bahwa surga itu benar, namun kalian tidak takut darinya.
    Allah telah mudahkan untuk mendapatkan keselamatan dari neraka meski dengan beramal yang ringan-ringan, rosulullah mengkabarkan; “takutlah kalian akan neraka meski hanya dengan berinfaq separo biji kurma” (HR. Bukhori) 27)
    8. Engkau sibuk mencari-cari aib orang lain, namun melupakan aib diri sendiri.
    Pepatah mengatakan; kuman di seberang lautan tampak, gajak di pelupuk mata tidak. Sering menasihati orang lain namun melupakan diri sendiri. Ibarat lilin yang memberi penerangan cahaya buat orang lain namun membakar diri sendiri. Allah peringatkan;
    “Apakah kamu memerintahkan manusia dengan kebaikan sementara kamu lupakan dirimu sendiri smentara kamu membaca kitab Allah, maka apakah kamu tidak berfikir?” (QS.2: 44) 28)
    9. Engkau paham bahwa kematian adalah kepastian, namun kalian tidak persiapan.
    Namanya kematian tidak ada pemberitahuan, tidak pula ada pendaftaran, apalagi formulir. Maka jika rambut sudah beruban, kulit jadi keriput, jalan sempoyongan, badan sering sakit-sakitan, umur sudah udzur, maka sebentar lagi masuk kubur, tapi anehnya masih bergelimang dengan maksiyatnya. Tidak sadarkah bahwa kematian tidak hanya mendatangi orang yang berusia tua saja?
    Sebagaimana yang tersirat dalam syair;
    Betapa banyak orang yang lama sakit tak mati-mati, namun justu ada pemuda yang mati tanpa sebab penyakit, ia tak menyadari kain kafannya digunting sendiri di pagi hari ternyata membungkusnya di siang hari.
    10. Engkau sering melihat orang mati, namun tidak pernah mengambil pelajaran.
    Jika Utsman berhenti pada suatu kuburan maka ia menangis dan jenggotnya basah karenanya, lalu dikatakan: “engkau jika disebutkan surga atau neraka jarang menangis, mengapa saat melihat kuburan justru menangis?” Ia menjawab: “Kuburan merupakan persinggahan akhirat pertama kali, jika seseorang selamat darinya, maka selamatlah setelahnya. Tapi jika tidak selamat padanya maka celakalah berikutnya” 29)

    Setiap waktu, setiap masa manusia menginginkan kebutuhannya terpenuhi, sehingga seseorang sangatlah membutuhkan do’a, karena dia merasa betapa lemahnya tanpa do’a, karena betapa perlunya dia menggapai kebahagiaan dunia dan akhirat. [Syah] [mardiansyah_10@yahoo.co.id



    posted by Penyejuh Hati @ 11.36   0 comments
    Keberuntungan bersama do’a
    Rabu, 27 Februari 2008

    Keberuntungan bersama do’a


    Dan Tuhanmu berfirman: Berdo’alah kamu kepada-Ku niscaya akan Ku-perkenankan bagimu. Sesungguhnya, orang-orang yang enggan untuk beribadah kepada-Ku pasti akan masuk neraka dalam keadaan hina-dina”.

    (QS. Ghaafir : 60) 1)

    Do’a sebagai nikmat lahir batin.

    Hampir setiap hari seorang muslim beraktifitas, dan hampir setiap aktifitas muslim diawali dan diakhiri dengan do’a. Hal ini menunjukkan bahwa di setiap saat dan tempat, seorang muslim selalu membutuhkan Allah. Maka sungguh naïf jika mengaku muslim namun tidak berdo’a. Yang seolah-olah tidak perlu lagi pertolongan dan kasih sayang Allah.


    Tiada orang yang meremehkan do’a kecuali lemah imannya. Do’a merupakan nikmat yang besar, yang dikaruniakan oleh Allah kepada hamba-hamba-Nya. Dimana Allah memerintahkan kepada mereka untuk berdo’a lalu Allah langsung berjanji akan mengabulkannya. 2) Bukankah ini sebuah kenikmatan?


    Do’a memiliki kedudukan yang tinggi dalam agama. Karena dengan do’a seseorang akan dibukakan pintu-pintu kebaikan dan ditutup dari celah-celah keburukan. Karena hampir tiada seorangpun yang berdo’a kecuali pasti meminta kebaikan dan supaya dihindarkan dari kejelekan. Sehingga datanglah keberuntungan satu persatu, rejeki menghampiri silih berganti selama do’a tadi hanya dimohonkan kepada Allah saja. Karena harus kepada Allah saja semua hamba beribadah. Memohon pertolongan di saat lapang maupun terjepit. Dan hanya kepada Allah saja ia bergantung dan mengembalikan segala urusan. 3)


    Tidak ada seorangpun yang mampu mengumpulkan perbendaharaan kebajikan dengan hanya mengandalkan usaha saja, atau do’a semata-mata. Tetapi antara do’a dan usaha harus berjalan secara bersama.


    Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata: dzikir dan do’a bagi hati seperti air bagi ikan. Anda bisa bayangkan jika ikan keluar dari airnya. Tentu ia akan menggelepar, bingung tak karuan. Begitu pula hati manusia jika kosong dari berdzikir, tentu ia akan merasakan kerisauan yang tiada tara dalam menghadapi hidup ini. 4) Seorang yang hatinya kosong dari dzikir dan do’a tampak benar kegalauan jiwanya di setiap saat.


    Allah senang mendengar rintihan dan keluhan hamba-Nya di saat berdo’a. sehingga bagaimana hamba sendiri tidak bisa merasakan kegembiraan di saat berdo’a? Sebab saat-saat berdo’a sama dengan saat-saat berdzikir. Dan berdzikir adalah sumber ketentraman hati. Yang lebih bernilai dari semua harta-harta. Sedangkan saat-saat tidak berdo’a adalah masa-masa kelalaian. Yang mengakibatkan kerugian dan kesengsaraan. Seandainya manusia tahu akibat dari apa yang dihasilkan dalam kelalaian tersebut tentu ia tidak akan lalai. Ia akan tetap berdzikir dan berdo’a agar terhindar dari akibat yang membinasakan. Yang ia tidak sadari.


    Janji Allah

    Bukankah nabi Yunus ketika berdo’a di dalam perut ikan, akhirnya dikabulkan? Demikian pula do’a Adam dengan mengakui kesalahannya saat diusir dari surga, do’a nabi Ayyub agar sembuh dari sakit parah bertahun-tahun akhirnya juga diperkenankan, do’a Ibrahim agar Makkah dijadikan kota yang aman sentausa, do’a Musa yang diselamatkan dari pengepungan, dan do’a nabi kita Muhammad yang dimenangkan dalam perang Badar. Dan seterusnya.


    Bukan lantaran karena sebagai nabi yang do’anya dikabulkan, namun semua do’a hamba dikabulkan sebab Allah maha dekat, Dia mendengar setiap untaian do’a hamba-Nya, berjanji akan mengabulkannya, dengan firman-Nya;

    Dan apabila hamba-Ku bertanya tentang Aku, maka katakanlah Aku dekat, akan aku perkenankan do’a orang yang berdo’a kepada-Ku(Al-Baqoroh:186) 5)


    Demi janji Allah, dan Allah tidak pernah mengingkari janji(QS Ar-Ruum: 7). 6)

    Jika hamba minta rejeki dikasih rejeki, minta sehat dikasih sehat, minta cukup dikasih cukup, apalagi?


    Do’a menunjukkan rasa ketergantungan yang tinggi kepada Allah. Sehingga seorang hamba tidak hanya mengandalkan dirinya sendiri, tidak terlalu bergantung kepada manusia, tidak pula kepada siapa saja. Sehingga yang ada adalah rasa membutuhkan, keinginan untuk kembali kepada-Nya dengan bersungguh-sungguh, rasa cemas dan harap bercampur, yakin bahwa do’a yang dipanjatkan pasti dikabulkan. Baik segera maupun tertunda.


    Rosulullah bersabda; “jika kalian berdo’a yakinlah bahwa do’amu akan dikabulkan. Karena Allah tidak mengabulkan do’a seseorang yang hatinya lalai(HR. Muslim) 7)


    Umar berkata: “Sesungguhnya aku tidak ingin membawa hasrat pengabulan, tetapi hasrat berdo’a. jika aku mendapatkan ilham do’a maka pengabulan akan menyertainya” 8)


    Rosulullah bersabda; ‘Sesungguhnya Allah mengabulkan do’a seorang hamba selama hamba tersebut tidak bosan. Yaitu seseorang berkata: aku sudah berdo’a tapi Allah tidak mengabulkannya. Lalu ia tidak berdo’a lagi. (HR. Muttafaqun alaih) 9)


    Jika do’a belum terkabulkan maka hendaknya sabar, karena Allah lebih tahu kapan do’a tadi diperkenankan untuk hamba-Nya. Barangkali Allah menghendaki do’a tersebut sebagai simpanan kelak di akhirat, atau sebagai ganti diselamatkan dari suatu bala’ atau terhindar dari penyakit sejenis dan sebagainya. Karena bisa jadi apa yang sebenarnya sangat dicintai manusia adalah buruk di sisi Allah dan bisa jadi pula apa yang dibenci manusia adalah baik di sisi Allah.


    Do’a adalah ibadah (At-Tirmidzi) Do’a adalah senjata seorang mukmin dan tiang agama serta cahaya langit dan bumi. (Abu Ya’la) Do’a seorang mukmin bagi saudaranya yang tidak hadir dikabulkan Allah, apalagi untuk keluarganya, anak-anaknya, orang tuanya dan guru-gurunya. (HR. Ahmad)


    Do’a yang mustajab adalah pada waktu tengah malam, pada akhir sholat fardhu (Ibnu Khuzaimah), di antara adzan dan Iqomah (Ahmad), barang siapa yang berdo’a kepada Allah pada waktu senang maka Allah kabulkan pada waktu dia dalam kesulitan (ar-Robi’), do’a orang berpuasa sampai ia berbuka, seorang penguasa yang adil, do’a orang yang didholimi/teraniaya, (HR. Tirmidzi), do’a sejak sepertiga malam hingga fajar (Ahmad), do’a orang tua kepada anak, do’a para musafir di jalan Allah (Ahmad dan Abu dawud).


    Tiada yang sulit bagi Allah, jika Ia berkehendak maka tinggallah berfirman: “Jadilah !, maka terjadi !! dan sebaliknya apapun yang tidak Ia kehendaki maka tidak akan terjadi meskipun seluruh makhluk menghendaki terjadi. 10)


    Do’a atau permohonan bagi seorang muslim merupakan dialog langsung dengan Allah, dengan sangat mengharapkan dikabulkannya permohonan itu. Do’a sebagai pengakuan atas segala kekurangan, kelemahan, dan keterbatasan seorang hamba dalam segala hal. Dengan berdo’a menunjukkan akan butuhnya pertolongan Allah swt.


    Dalam berdo’a seorang muslim tentu mengidamkan kehidupan yang baik di dunia berupa; rejeki yang melimpah, kehidupan yang sejahtera, anak-anak dan keluarga yang sehat, masyarakat yang damai dan sentausa serta dapat beragama dengan sempurna. Kehidupan akhirat yang baik berupa ; ringannya hisab, terselamatkan dari pedihnya azab neraka dan dimasukkan ke dalam surga. 11)

    Ya Robb kami berilah kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat serta selamatkanlah kami dari api neraka(QS Al-Baqoroh: 201) 12)


    Rosulullah melarang orang yang berdo’a diluar kemampuannya seperti; berdoa agar bisa terbang layaknya burung, minta jabatan yang dia sendiri tidak mampu memikulnya, meminta kekayaan tetapi dengan cara yang haram.


    Orang yang enggan berdo’a dia berdosa. Sebab hal ini menunjukkan dia tidak membutuhkan apapun dari Allah. Padahal yang benar adalah semua makhluk amatlah berhajat akan pertolongan Allah. Di setiap tempat dan setiap saat. Dengan berdo’a seseorang akan mewujudkan keperluannya tercapai, sebab dia melibatkan peran serta Allah yang maha tak terkalahkan.


    Do’a adalah tuntutan setiap jiwa yang hidup, sejahat dan seawam apapun dia. Sebab manusia dalam hidupnya selalu menghadapi berbagai tantangan, kebutuhan, dan kesulitan. Yang tidak dapat dia atasi sendiri tanpa bantuan Allah yang maha kuat. Do’a bukanlah satu-satunya jalan pemecahan jika tanpa disertai ikhtiar dan usaha. Namun jika usaha yang maksimal secara terus-menerus gagal maka do’a menjadi benteng pertahanan rohani.


    Faidah do’a

    Do’a memiliki keutamaan yang sangat banyak, diantaranya adalah;

    1. Allah pasti akan mengabulkannya.

    Dan berdo’alah kepada-Ku, niscaya pasti akan Aku kabulkan….” (Al-Ghofir:60) 13)

    1. Dapat memberikan manfaat dari apa yang sudah menimpa dan dari apa yang belum terjadi. 14)

    2. Dapat merubah taqdir.

    Bayangkan jika jatah kita hari ini mendapat kecelakaan, namun karena kita pada pagi hari berdo’a maka musibahpun bisa terhindar. Tidak ada yang dapat merubah taqdir kecuali do’a, dan tiada yang memperpanjang umur kecuali amal.

    4. Membuat malu Allah, dan keniscayaan agar do’a dikabulkan.

    Allah merasa malu apabila ada hamba-Nya yang menengadahkan kedua tangannya untuk berdo’a lalu mengembalikannya dalam keadaan kosong(HR Abu dawud no. 1488), 16)

    1. Dikabulkan do’a tersebut dalam saat yang tepat; adakalanya disegerakan, atau ditunda untuk simpanan akhirat, atau dihindarkan dari musibah.

    Tidaklah seorang muslim meminta kepada Allah dengan sebuah do’a dalam keadaan dia tidak berdosa dan tidak pula memutus silaturrahim kecuali Allah pasti memberinya tiga hal; bisa jadi do’anya langsung dikabulkan, jika tidak maka sebagai simpanannya kelak di hari akhirat, atau ia dihindarkan dari suatu kejelekan, sahabat bertanya: bagaimana jika kami lebih memperbanyak do’a wahai rosulullah?, rosulullah bersabda; “Apa yang di sisi Allah lebih banyak” (HR. Ahmad dari Abi Sa’id) 17)

    6. Do’a itu sendiri bernilai ibadah. Dan diriwayatkan dalam hadits:

    “Do’a itu adalah sari ibadah”. (HR At-Tirmidzi) 18) “Maksud hadits ini adalah bahwa segala macam ibadah, baik yang umum maupun yang khusus, yang dilakukan seorang mu’min, seperti mencari nafkah yang halal untuk keluarga, menyantuni anak yatim dll, semestinya diiringi dengan permohonan ridha Allah dan pengharapan balasan ukhrawi. Oleh karena itu Do’a (permohonan dan pengharapan tersebut) disebut oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai sari atau otak ibadah, karena senantiasa harus mengiringi gerak ibadah” 19)

    1. Diberi kebaikan di dunia dan akhirat (HR Muttafaqun ‘alaih) 20)


    Mengapa do’a tidak diperkenankan.

    Ada yang meninggalkan do’a karena malas atau menganggapya sebagai sesuatu yang remeh. Tidaklah demikian kecuali karena telah mati hatinya. Syeikh Ibrahim Adhan berkata; ada 10 di antara penyebab do’a tidak dikabulkan;

    1. Kamu mengenal Allah tapi tidak kau tunaikan haq-haq-Nya.

    posted by Penyejuh Hati @ 06.37   0 comments
    Mutiara Al-Qur’an
    Rabu, 13 Februari 2008

    Hiburan hati bagi yang diuji


    Dan Kami bagi-bagi mereka di dunia ini menjadi beberapa golongan, di antara mereka ada yang sholih dan sebagian yang lain tidaklah demikian. Dan Kami uji mereka dengan yang baik-baik (nikmat) dan yang buruk-buruk (bencana) agar supaya mereka kembali (kepada kebenaran)

    (QS. Al-A’rof: 168) 1)

    Pembagian kelompok manusia

    1. Di antara manusia ada yang mendholimi dirinya, dan di antara mereka ada yang pertengahan, dan yang lain yang selalu berlomba-lomba dalam kebaikan.2) Kelompok pertama, kelompok orang dholim, orang yang tidak menempatkan sesuatu sesuai dengan haqnya. Orang yang tidak beriman adalah kelompok ini, hidupnya penuh lumuran dosa-dosa. Mereka menyembah patung gundul, kayu hutan, batu-batu, dan benda-benda ciptaan Allah. Padahal semua bentuk peribadatan mutlak hanyalah untuk Allah. Maka kedoliman terbesar adalah syirik, sebab syiirk menjadikan benda-benda dan makhluk sebagai sesuatu yang diibadahi. Sebagaimana Allah berfirman: “Sesungguhnya syirik adalah kedholiman yang besar(QS Luqman: 13) 3)

    2. Kelompok kedua, Muqtashid yaitu mengerjakan amalan sebatas yang wajib-wajib saja, serta terjatuh pada yang haram-haram. Yang penting dalam kelompok ini menggugurkan kewajiban dan enggan menambah keutamaan-keutamaan. Mereka beramal sholih, kadang juga beramal buruk. Dan urusannya terserah Allah, jika Allah menghendaki maka ia diberi petunjuk, diampuni dan dimasukkan surga, dan jika Allah tidak menghendaki maka tidak mendapatkan ampunan dan balasannya neraka.

    3. Kelompok ketiga, adalah yang berlomba-lomba dalam kebaikan. Kelompok ini adalah golongan orang yang selalu kita pinta dalam setiap sholat, golongan orang yang diberi nikmat dunia akhirat, yaitu pengikut para nabi, sahabat, shodiqin dan sholihin 4)

    Hidup adalah Ujian

    1. Hidup ini tidak lepas dari ujian dan cobaan. Bahkan keduanya merupakan sunnatullah dalam kehidupan manusia. Manusia akan selalu diuji dalam segala sesuatu, dalam hal yang disenangi maupun hal yang dibenci.

    2. Selama hayat masih di kandung badan, selama jantung masih berdetak dan darah masih mengalir, demikian pula selama nafas masih berhembus, adalah sebuah kemestian jika cobaan, rintangan, musibah demi musibah, silih berganti mendatangi kita, sebagaimana yang telah Allah tetapkan;

    3. "Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah." (Al-Hadid: 22) 5)

    4. Tiap-tiap jiwa akan merasakan mati. Maka kami akan mengujimu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan hanya kepada Kami-lah kamu dikembalikan(QS Al-Anbiya’:35) 6)

    5. Tentang ayat di atas Ibnu Abbas berkata: “Kami akan mengujimu dengan kesulitan maupun kesenangan, kesehatan maupun penyakit, kekayaan ataupun kemelaratan, halal maupun haram, ketaatan maupun kemaksiyatan, perintah maupun larangan petunjuk maupun kesesatan, siapa yang sebenar-benarnya bertaqwa” 7) dalam riwayat lain; kesenangan dan kesusahan di sela-sela kehidupan ini merupakan ujian.

    6. Ibnu Jarir berkata: “Kami menguji mereka dengan kemudahan dalam mendapatkan kehidupan dan kelapangan rejeki. Inilah yang dimaksud kebaikan-kebaikan (al-hasanat). Sedangkan yang buruk-buruk (as-sayyi’at) adalah kesempitan hidup, kesulitan demi kesulitan, musibah dan sedikitnya harta, agar mereka kembali kepada Allah dan bertaubat dari dosa dan maksiyat yang mereka lakukan. 8)

    7. Dan kebanyakan manusia tidak lulus dalam menghadapi ujian hidup. Banyak dari mereka yang putus asa, tertekan, stress, gila bahkan membunuh diri. Padahal jika sedikit mau menggunakan pikiran, tentu mereka menyadari bahwa hakekat ujian adalah wahana menaikkan kualitas diri. Dan jika hidup tanpa ujian niscaya manusia pasti sombong, berbangga diri, bakhil, keras kepala, serta kufur.

    8. Keadaan manusia yang tidak bersyukur atas nikmat dan tidak bisa sabar dalam menghadapi cobaan musibah merupakan indikasi imannya cemeng. Dan lebih parah lagi keadaan manusia yang ketika mendapat kenikmatan tidak beriman, mendapat musibah justru syirik. Di saat badan sehat enggan ibadah, giliran ditimpa sakit datang mencari bantuan paranormal dan jin.

    Hikmah dan faedah adanya ujian

    1. Cobaan merupakan sunnatullah yang telah ditetapkan berdasarkan rahmat dan hikmah-Nya. Sesungguhnya Allah tidak menetapkan sesuatu baik hal tersebut taqdir kauny maupun syar’i, melainkan di dalamnya terkandung kebaikan dan kasih sayang bagi hamba-Nya. Di balik semua taqdir yang Allah tetapkan kepada kita semua, tentu terkandung hikmah yang besar, yang tidak bisa dinalar oleh akal manusia.

    2. Ibnu Qoyyim berkata: Andaikan kita bisa menggali hikmah di balik setiap kejadian dan ketentuan dalam ciptaan-Nya, maka tidak kurang dari ribuan hikmah yang kita bisa petik. Namun akal ini amat terbatas, pengetahuan kita terlalu minim, serta ilmu semua makhluk akan sia-sia untuk mencurahkan kemampuannya jika dibanding dengan ilmu Allah. Sebagaimana sia-sianya sinar lampu dibanding dengan sinar matahari. Sebagaimana jika telah terbit matahari kemanakah cahaya bintang?

    3. Seorang muslim meyakini bahwa seorang muslim pasti mendapat ujian, sebagaimana seorang siswa sekolah pasti juga ujian; Sebagaimana Allah berfirman;

    Alif laam miim. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (Al -‘Ankabut: 1-3) 9)

    1. Rasulullah bersabda: “Jika Allah menghendaki kebaikan bagi hamba-Nya, niscaya Allah akan menyegerakan hukuman baginya di dunia dan jika Allah menghendaki keburukan pada hamba-Nya niscaya Allah akan mengakhirkan hukuman atas dosa-dosanya sehingga Allah akan menyempurnakan hukuman baginya di akhirat kelak.” (HR. At-Tirmidzi). 10)

    2. Dengan sabar, keadaan iman semakin kokoh. Tiada satupun keadaan yang berbolak-balik kecuali dituntut konsekuensi. Konsekuensi senang adalah bersyukur, konsekuensi kesusahan adalah sabar. Jika seorang mengaku beriman, keadaannya harus demikian, sebagaimana yang disifatkan nabi;

    3. Sungguh menakjubkan urusan mukmin, karena semua urusannya adalah kebaikan. Dan hal ini tidak terjadi kecuali pada diri seorang mukmin. Jika dia mendapat kegembiraan maka dia bersyukur maka demikian itu adalah kebaikan baginya. Jika mendapatkan kesusahan maka dia bersabar dan demikian itu merupakan kebaikan baginya(HR. Muslim) 11)

    4. Banyak sekali dalil yang menunjukkan bahwa musibah, ujian, kesulitan, penyakit dan kawaan-kawannya merupakan hal yang lazim menyertai hidup manusia. Tujuannya agar yang diuji mewujudkan peribadatan hanya kepada Allah.

    5. Dan sungguh kami akan menguji kalian dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah kabar gembira bagi mereka yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka berkata: Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nya kami kembali. Mereka itulah yang mendapatkan keberkahan dan rahmat dari Robb mereka, dan mereka itulah orang yang mendapatkan petunjuk(QS.2:155-156-157) 12)

    6. Di antara faidah penyakit dan musibah-musibah atau bencana ialah mengembalikan hamba yang tadinya jauh dan lali dari Allah menjadi ingat dan kembali kepada-Nya. Keadaan ini menjadikan dia berhenti dari hobby dosa yang biasa dia lakukan. Yang biasa asyik berendam di lumpur maksiyat, terjerat kebid’ahan dan kubangan hawa nafsu, sibuk melulu dengan urusan dunia lali dengan Robbnya, menjadi sadar dan bertaubat kembali kepada Allah.

    7. Apa Rahasia sebenarnya di balik cobaan? Apakah Allah ta'ala hendak berbuat dzalim kepada hamba-Nya atau menyakitinya? Tidak.

    8. Bergembiralah, karena musibah adalah sebagai bukti bahwa Allah menghendaki kebaikan untuk diri-diri kita, baik di dunia maupun di akhirat, sebagaimana yang Rasulullah sabdakan:
      Barangsiapa dikehendaki oleh Allah suatu kebaikan bagi dirinya, niscaya Allah akan menimpakan baginya cobaan.” (HR. Al-Bukhari) 13)

    9. Rosulullah mengajarkan do’a jika kita mendapat ujian; “Sesungguhnya kita milik Allah dan hanya kepada Allah kita akan kembali. Ya Allah, berilah pahala atas musibah yang menimpaku dan gantilah untukku dengan yang lebih baik dengannya.” (HR. Muslim) 14)

    10. Oleh karena itu dengan cobaan hidup manusia menyadari kelemahan, kehinaan, dan ketidakmampuan di hadapan Allah ta’ala. Sehingga ia selalu kembali dan berserah diri kepada-Nya.

    11. Allah berfirman: “Sesungguhnya kami telah mengutus rosul-rosul kepada umat-umat sebelummu, kemudian kami siksa mereka dengan menimpakan kesengsaraan dan kemelaratan, supaya mereka memohon kepada Allah dan tunduk patuh(QS. Al-An’am: 42) 15)

    12. Ibnu Jarir berkata: ujian yang ditimpakan kepada mereka berupa kemiskinan dan kesempitan dalam penghidupan. Sedangkan (Ad-Dhorro’) ujian kepada mereka berupa penyakit dan cacat tubuh. Dengan kondisi seperti itu seharusnya membuat mereka selalu tunduk kepada Allah dan hanya mencintai-Nya ta’at dan pasrah kepada-Nya dan tidak kepada selain-Nya” 16)

    13. Kita tentu pernah merasakan sakit, atau barangkali sedang sakit dan akan sakit. Maka semua ujian ini sebagai sebab dihapuskannya dosa dan kesalahan yang pernah kita lakukan, baik dengan hati, pendengaran, penglihatan, ucapan, dan seluruh anggota tubuh. Atau cobaan ini semua adalah sebagai teguran dan sekaligus hukuman agar kelak di akhirat pelakunya tidak dibalas lagi dengan siksaan, sehingga berjumpa dengan Allah dalam keadaan bersih dan selamat.

    14. Rosulullah bersabda; “tidaklah seorang muslim ditimpa musibah maupun penyakit melainkan Allah akan menggugurkan dosa-dosanya karenanya sebagaimana pohon yang menggugurkan daun-daun(HR. Bukhori-Muslim) 17)

    15. Dari Sa’id Al-Khudry, berkata: “ada seorang laki-laki datang bertanya kepada rosulullah; “penyakit-penykit menimpa kami, lantas apa yang kami peroleh karenanya?” Beliau bersabda;”pengampunan dosa” lalu Ubay berkata; “sekalipun penyakit itu ringan?” beliau menjawab; “sekalipun hanya tertusuk duri dan yang lebih kecil lagi” (HR. Ahmad) 18)

    16. Di antara faedah cobaan dan ujian hidup adalah akan dituliskannya pahala kebajikan dan diangkatnya derajat. Jika dia bersabar. Rosulullah bersabda; Tidaklah seorang hamba ditimpa musibah lalu bersabar dan berdo’a; Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nya kami kembali. Ya Allah berilah aku pahala dalam musibah ini dan berikan padaku ganti yang lebih baik, melainkan Allah memberikan pahala dalam musibah itu dan akan menggantikannya dengan yang lebih baik baginya(HR. Muslim) 19)

    17. Rosulullah bersabda; “tidaklah seorang muslim yang tertusuk duri atau yang lebih ringan dari itu kecuali ditetapkan dengan sebab itu satu derajat dan dihapuskan pula satu kesalahan(HR. Muslim) 20)

    18. Allah berfirman: “Wahai anak Adam, jika engkau sabar dan mencari keridho-an pada musibah yang pertama maka Aku tidak meridhoi pahalamu melainkan Surga(HR. Ibnu Majah) 21)

    19. Surga itu dikelilingi dengan sesuatu yang dibenci dan neraka itu dikelilingi dengan sesuatu yang disukai (berbagai syahwat)(HR. Bukhori-Muslim) 22)

    20. Dari Atho’ berkata kepada Ibnu Abbas: ada seorang wanita yang kena penyakit ayan, dia meminta didoakan nabi agar sembuh, kemudian nabi bersabda kepadanya: “jika kamu bersabar maka bagimu surga. Dan jika kamu mau berdoalah kepada Allah agar disembuhkan” Wanita itu berkata: “aku bersabar, tapi aibku tersingkap, maka do’akanlah kepada Allah agar auratku tidak tersingkap. Maka beliaupun berdo’a untuk wanita itu” (HR. Bukhori-Muslim) 23)

    Do’a khotimah

    1. Semoga keadaan dan suasana yang silih berganti dalam kehidupan yang kita alami berupa kesenangan maupun kesusahan mampu menjadikan kita hamba yang tetap tegar menghadapinya dan semuanya bisa menghantarkan kita mendapatkan rohmat-Nya dan memasuki Surga-Nya.

    2. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata: “musibah dan bencana yang diterima dengan ikhlas karena Allah, lebih baik bagimu daripada nikmat-nikmat yang membuatmu lupa mengingat-Nya” [Syah]


    Narasumber : Al Ustadz Mardiansyah
    posted by Penyejuh Hati @ 23.37   0 comments
    About Me

    Name: Ali
    Home: Magetan, Jawa Timur, Indonesia
    About Me: Asli Produk lokal dari Magetan keluaran pertengahan th 1987, keluaran pertama dari 2produk yang dibuat :D Yang sekarang sedang menempuh pendidikan S1 di sebuah Perguruan tinggi yaitu STTI Respati
    See my complete profile
    Previous Post
    Archives
    Favorit
    Powered by

    BLOGGER

    BLOGGER

    BLOGGER

    Free Blogger Templates

    © 2005 Penyejuk Hati Template by Isnaini Dot Com